Profil dan Biografi KH Ahmad Dahlan. Beliau dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi islam terbesar di juga merupakan seorang ulama dan salah satu tokoh pembaaharuan islam di Indonesia. Berkat perjuangan jasa-jasa KH Ahmad Dahlan, Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Profil dan biografi KH Ahmad Dahlan dan sejarah perjuangan KH Ahmad KH Ahmad Dahlan SingkatKyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah Sunan Prapen, Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig Djatinom, Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH Muhammad Sulaiman, KH Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy Ahmad Dahlan.Riwayat Pendidikan KH Ahmad DahlanPada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua Dengan Nyai Ahmad DahlanPada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. JUGA Biografi Pierre Tendean, Kisah Heroik Sang Pahlawan Revolusila juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah adik Adjengan Penghulu Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Dengan Organisasi Budi Utomo Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo – organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar ia membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal MuhammadiyahSaran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 8 Dzulhijjah 1330.Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat KH Ahmad DahlanPemikiran KH Ahmad Dahlan bahwa Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara mengajarkan kitab suci Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur’an semata, melainkan dapat memahami makna yang ada di demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati. Di bidang pendidikan, ia mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu pengetahuan KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah Muhammadiyah seperti met de Qur’an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad JUGA Biografi Mohammad Hatta, Kisah Proklamator Indonesia Yang Sangat SederhanaBeliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan AisyiyahDi bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian dari Muhammadiyah Hizbul WathanKarena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu – sekarang dikenal dengan nama Pramuka – dengan nama Hizbul Wathan disingkat sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian kader-kader sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan Pembaharu IslamKarena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang aneh. Sang Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa melakukan suatu pembaruan ajaran agama mushlih pastilah menimbulkan gejolak dan mempunyai penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang diajarkannya. Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang menjadi anggota perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan JUGA Biografi Untung Surapati, Kisah Sang Budak Menjadi Seorang PahlawanBeliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat memfokuskan perhatian pada Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf tata bahasa; dari KH Raden Dahlan di bidang ilmu falak astronomi.Dari Kiai Mahfud dan Syekh KH Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun Ahmad Dahlan WafatPada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Pahlawan NasionalAtas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI Tahun 1961, tgl 27 Desember tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layar lebar pada tahun 2010 dengan judul film Sang Pencerah yang menceritakan tentang kisah KH Ahmad Dahlan dan terbentuknya KH Ahmad Dahlan sendiri dibintangi oleh Iksan Tarore sebagai Tokoh Ahmad Dahlan Muda dan kemudian Lukman Sardi sebagai KH Ahmad Dahlan. Film ini sendiri disutradarai oleh Hanung Bramatyo. Itulah profil dan biografi KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan sejarah diambil dari Silahkan di copy sebagai bahan referensi, Mohon cantumkan sumberKyaiAhmad Dahlan merupakan aset budaya bangsa, karena kemampuannya mencerdaskan anak bangsa dan dia juga salah satu ulama yang mampu mengelolah sebuah perkumpulan. berikut ini sisi lain dari kepribadian Kyai Ahmad Dahlan; kemampuan menyampaikan pesan dari inti surat al-Maun mengelolah masyarakat agar peduli dengan - KH Ahmad Dahlan merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia menjadi pendiri dari Muhammadiyah, organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi Muhammadiyah dibentuk untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di Indonesia. Ahmad Dahlan ingin melakukan pembaruan dalam cara berpikir dan beramal sesuai tuntunan agama Islam. Ahmad Dahlan juga sudah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi politik, melainkan bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan. Baca juga Arie Frederik Lasut Kehidupan, Kiprah, dan Akhir HidupKehidupan KH Ahmad Dahlan atau yang memiliki nama kecil Muhammad Darwis lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Ketika masih kecil, Dahlan tidak mendapat pendidikan dari sekolah. Keterampilan sastra dasarnya ia dapat dari ayahnya, teman, serta saudara iparnya. Pada usia 8 tahun, Dahlan sudah mampu membaca dan menyelesaikan bacaan Al-Qur'an. Selain itu, sejak kecil Dahlan juga sudah menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Ia pun mulai mulai mendalami ilmu Islam saat sudah beranjak remaja. AlGhazali membagi isi kurikulum pendidikan Islam menurut kuantitas yang mempelajarinya kepada dua macam, yaitu: a) Ilmu Fardlu Kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian muslim saja, seperti ilmu yang berkaitan dengan masalah duniawi misalnya ilmu hitung, kedokteran, teknik, pertanian, industri, dan sebagainya. Pendiri Muhammadiyah – Muhammadiyah merupakan salah satu dari organisasi Islam terbesar yang ada di Indonesia. Sejak Muhammadiyah berdiri, hingga sekarang organisasi ini telah memiliki anggota hingga jutaan orang. Pengikutnya juga tidak hanya terkumpul dalam satu wilayah saja, akan tetapi tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Organisasi ini didirkan pertama kali di sebuah kampung bernama Kauman yang berada di Yogyakarta pada 18 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H oleh pendirinya yaitu Muhammad Darwis atau dikenal pula dengan nama Kyai Haji Ahmad Dahlan. Nah siapakah sosok KH Ahmad Dahlan ini? Simak artikel ini hingga akhir untuk mengetahui profil singkat dari KH Ahmad Dahlan, ya! Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH Ahmad Dahlan, Pendiri MuhammadiyahPengalaman Organisasi Ahmad DahlanJasa-jasa Ahmad DahlanLatar Belakang Berdirinya MuhammadiyahMaksud dan Tujuan dari Berdirinya MuhammadiyahKategori BiografiMateri Terkait Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah Ahmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dan termasuk keturunan dari Mulana Malik Ibrahin yaitu adalah salah seorang terkemuka di antara para walisongo, yaitu pelopor dari penyebaran agama Islam di Jawa. Ketika memasuki usia ke 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi melaksanakan ibadah haji dan tinggal selama lima tahun di Mekkah. Pada lima tahun periode tersebut, Ahmad Dahlum pun mulai berinteraksi dengan para pemikir pembaharu dalam agama Islam, seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Al Afghani hingga Ibnu Taimiyah. Usai pulang dari Mekkah di tahun 1888, ia kemudian mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Lalu pada tahun 1903, Ahmad Dahlan pun kembali ke Mekkah dan menetap di sana selama dua tahun. Ketika ia kembali ke Mekkah untuk kedua kalinya, Ahmad Dahlan pun memiliki kesempatan untuk berguru kepada Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri Nahdlatul Ulama yaitu KH Hasyim Asyari. Kemudian pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta. Usai pulang dari Mekkah, Ahmad Dahlan pun menikahi Siti Walidah yaitu sepupunya sendiri dan anak dari kiai Penghulu Haji Fadhil yang kemudian Siti Walidah ini dikenal pula dengan nama Nyai Ahmad Dahlan yaitu seorang pahlawan nasional serta pendiri dari Aisyiyah. Dari pernikahannya dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan memiliki enma orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah dan Siti Zaharah. Ahmad Dahlan juga menikahi Nya Abdullah yaitu seorang janda dari H. Abdullah. Ia juga diketahui pernah menikah dengan Nyai Rum yaitu adik dari Kiai Munawwir Krapayak serta menikahi Nyai Aisyah Cianjur yaitu adik dari Adjengan Penghulu. Dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah tersebut, Ahmad Dahlan memiliki anak bernama Dandanah. KH Ahmad Dahlan menutup usia 54 tahun pada tahun 1923 dan ia dimakamkan di pemakaman Karangkajen di Yogyakarta. Pengalaman Organisasi Ahmad Dahlan Selain aktif ketika mengemukakan gagasannya mengenai gerakan dakwah Muhammadiyah, Ahmad Dahlan pun dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berjualan batik. Sebagai sosok yang aktif dalam beragam kegiatan di masyarakat serta memiliki gagasan yang cemerlang, Ahmad Dahlan adalah sosok yang mudah diterima oleh masyarakat. Sehingga ia pun cepat pula mendapatkan tempat di organisasi Jam’iyatul Khair, Syarikat Islam, Budi Utomo hingga Komite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad. Pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi bernama Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita dari pembaruan Islam yang hadir di Nusantara. Ahmad Dahlan menginginkan ada pembaruan terhadap cara berpikir maupun beramal masyarakat, namun tetap sesuai dengan tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak umat Islam di Indonesia untuk kembali hidup sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran maupun Hadits. Oleh karena itu, sejak awal berdiri, Ahmad Dahlan menegaskan bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi yang memiliki sifat politik, akan tetapi bersifat sosial serta bergerak dalam bidang pendidikan. Gagasan Ahmad Dahlan mengenai berdirinya Muhammadiyah pun mendapatkan dukungan yag baik dari keluarga maupun keluarga sekitarnya. Akan tetapi, dukungan baik tersebut rupanya tidak dapat menghindarkan munculnya fitnah-fitnah, tuduhan hingga hasutan yang datang pada Ahmad Dahlan. Ia sempat dituduh akan mendirikan agama baru dan menyalahi ajaran Islam. Ada pula orang yang menuduh bahwa Ahmad Dahlan adalah sosok kaiak palsu, sebab telah meniru bangsa Belanda yang beragama Kristen, mengajar pula di sekolah-sekolah Belanda hingga bergaul dengan tokoh Budi Utomo yang saat itu kebanyakan adalah seorang priyai. Pada saat itu, Ahmad Dahlan memang sempat mengajar pelajaran agama Islam di sekolah OSVIA di Magelang yaitu sebuah sekolah khusus Belanda dan sekolah khusus untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula beberapa orang yang hendak membunuh Ahmad Dahlan saat itu. Meskipun mendapatkan beragam fitnah, hasutan maupun ancaman, Ahmad Dahlan saat itu tetap berteguh hati dan tetap melanjutkan cita-cita serta pejuangannya dalam pembaruan Islam di Indonesia. Ahmad Dahlan pun melanjutkan perjuangannya dalam membentuk Muhammadiyah dengan mengajukan permohanan untuk mendapatkan badan hukum pada pemerintah Hindia Belanda pada 20 Desember 1912. Permohonan tersebut, baru dikabulkan oleh pemerintah pada tahun 1914. Izin tersebut, juga hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta, serta Muhammadiyah hanya boleh bergerak di daerah perizinan saja yaitu Yogyakarta. Pembatasan gerak Muhammadiyah ini dikarenakan pemerintah Hindia Belanda saat itu khawatir, bahwa organisasi yang diusung oleh Ahmad Dahlan akan berkembang. Meskipun gerakannya dibatasi, akan tetapi daerah-daerah lain seperti Imogiri, Wonosari hingga Srandakan telah mendirikan kantor cabang Muhammadiyah. Namun karena hal tersebut menentang keinginan atau peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda, maka Ahmad Dahlan pun mengusulkan agar kantor cabang di kota lain menggunakan nama berbeda dan bukannya Muhammadiyah, seperti nama Nurul Islam di Pekalongan, nama Al Munir di Ujung Pandang dan Ahmadiyah di Garut. Ahmad Dahlan menyebar luaskan gagasanya mengenai Muhammadiyah melalui tabligh ia adakan di berbagai kota. Selain itu, ia juga turut menyebarkan Muhammadiyah melalui relasa dagangnya. Gagasan yang dimiliki oleh Ahmad Dahlan, rupanya mendapatkan sambutan cukup besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Sehingga, beberapa ulama dari beragam daerah pun berdatangan pada Ahmad Dahlan untuk menyatakan dukungannya pada gerakan dari Muhammadiyah. Oleh karena itu, pada 7 Mei 1921, Ahmad Dahlan akhirnya mengajukan permohonan kembali kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang Muhammdiyah di kota-kota lain selain Yogyakarta. Pemerintah Hindia Belanda pun menyetujui permohonan tersebut pada 2 September 1921. Sebagai seseorang yang demokratis dalam menjalankan aktivitas dari gerakan dakwahnya, Ahmad Dahlan juga memberikan fasilitas kepada para anggota Muhammadiyah untuk memproses evaluasi kerja serta melakukan pemilihan pemimpin di Muhammadiyah. Selama Ahmad Dahlan hidup, Muhammadiyah telah melaksanakan dua belas kali pertemuan anggota setiap setahun dan saat itu menggunakan istilah Aldemeene Vergadering atau persidangan umum. Sosok Ahmad Dahlan, selain dikenal dekat dengan masyarakat serta para ulama, ia juga dekata tokoh-tokoh agama lain. Seperti Pastur Van Lith pada tahun 1914-1918. Pada tahun tersebut, Pastur Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Ahmad Dahlan dan saat itu, ia tidak ragu untuk masuk ke gereja dengan memakai pakaian haji. Jasa-jasa Ahmad Dahlan KH Ahmad Dahlan adalah salah satu pahlawan nasional yang memiliki jasa-jasa. Salah satunya adalah ia berjasa dalam membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia melalui gagasannya mengenai pembahatuan Islam serta pendidikan. Selain itu, pemerintah juga mengaggap Ahmad Dahlan memiliki jasa lainnya demi kemajuan bangsa Indonesia. Berikut beberapa jasanya. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan dari umat Islam di Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai suatu bangsa yang terjajah dan masih harus banyak belajar serta berbuat banyak. Melalui organisasi Muhammadiyah yang ia gagas, Ahmad Dahlan telah memberikan banyak ajaran Islam yang murni kepada bangsa Indonesia. Selain itu, ajaran yang dibawa oleh Ahmad Dahlan dapat menuntut kemajuan, kecerdasan hingga beramal bagi bangsa Indonesia dan umat tanpa melupakan dasar dari iman dan Islam. Melalui organisasi Muhammadiyah yang ia dirikan, Ahmad Dahlan telah mempelopori amal usaha sosial serta pendidikan yang sangat diperlukan dalam kebangkita serta kemajuan bangsa dengan jiwa serta ajaran Islam. Melalui organisasinya, Muhammadiyah bagi wanita atau Aisyiyah telah mempelopori kebangkitan dari wanita-wanita Indonesia untuk dapat mengecap pendidikan serta berfungsi sosial, setingkat dengan para kaum pria. Itulah beberapa jasa Ahmad Dahlan dalam memajukan bangsa Indonesia. Empat point tersebut, telah termaktub dalam surat Keputusan Presiden no 657 pada tahun 1961 yang menjadi surat keputusan bahwa Ahmad Dahlan adalah pahlawan nasional. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1912. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia dan organisasi ini menjadi pencetus dari pembaruan Islam di Indonesia. Nama Muhammadiyah sendiri dipilih, karena artinya yang secara harfiah adalah orang-orang yang beriman pada Nabi Muhammad. Lalu, penggunaan kata Muhammadiyah sebagai nama organisasi dimaknai untuk dapat menghubungkan ajaran-ajaran serta jejak perjuangan dari Nabi Muhammad. Sedangkan menurut H Djarnawi Hadikusuma, nama Muhammadiyah dapat diartikan sebagai tujuannya adalah untuk dapat memahami serta mengamalkan Islam sebagai suatu ajaran serta keteladanan Nabi Muhammad, agar dapat menjalani kehidupan di dunia selama yang ia inginkan. Oleh sebab itu, ajara agama Islam yang murni serta benar dapat menginspirasi kemajuan dari umat Islam maupun masyarakat Indonesia pada umumnya.’ Latar belakang Muhammadiyah berdiri adalah dari hasil interaksi antara Ahmad Dahlan dengan teman-temannya di Budi Utomo yang tertarik mengenai tema keagaaman. Ide berdirinya Muhammadiyah pun muncul atas usulan dari salah satu santri dari Kyai Dahlan di Kweekschool Jetis. Di sekolah tersebut, Ahmad Dahlan mengajarkan agama Islam di luar sekolah dan di rumahnya. Melihat hal tersebut, santri tersebut pun mengusulkan agar kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan tidak boleh hanya dilakukan oleh ia sendirian, akan tetapi juga melalui organisasi agar, ada kesinambungan usai Ahmad Dahlan meninggal dunia. Berkat usulan-usulan tersebutlah, Ahmad Dahlan akhirnya memiliki gagasan untuk mendirikan Muhammadiyah yang akhirnya mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak, hingga memiliki banyak anggota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Maksud dan Tujuan dari Berdirinya Muhammadiyah Muhammadiyah memiliki maksud serta tujuan ketika didirkan oleh Ahmad Dahlan, berikut maksud didirikannya Muhammadiyah. Untuk melakukan penyebaran agama Islam sesuai dengan ajaran dari Nabi Muhammad kepada seluruh penduduk di Hindia Belanda dalam residensi Yogyakarta. Demi memajukan persoalan agama pada anggota-anggotanya, termasuk dalam memajukan pendidikan maupun pembelajaran agama di Hindia Belanda. Untuk memajukan serta menikmati hidup atau way of lide selama kehendak agama Islam mencapai akhirnya. Dijelaskan oleh Djarnawi Hadikusuma, bahwa kata-kata tersebut meskipun terdengar sederhana akan tetapi memiliki makna yang luas serta dalam. Artiya bahwa pada masa tersebut, umat Islam di Hindia Belanda lemah serta terbelakang, sebab umat Islam di Hindia Belanda saat itu tidak memahami ajaran Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, Muhammadiyah pun hadir sebagai organisasi yang mengungkapkan maupun menekankan ajaran Islam yang murni kepada para penduduk di Hindia Belanda. Selain itu, Muhammadiyah juga hadir sebagai organisasi yang mendorong umat Islam untuk dapat mempelajari pengetahuan agama Islam secara umum. Ulama yang tergabung dalam organiasi Muhamadiyah pun mencari suasana serta beragam hal menarik untuk mendorong penduduk di Hindia Belanda agar mau belajar dengan cara yang lebih maju. Lalu pada tahun 1985, Undang-Undang Keormasan di Indonesia pun dikeluarkah, sehingga, prinsip organisasi Islam pun digantik dengan prinsip Pancasila. Muhammadiyah sendiri memiliki tujuan untuk merubah masyarakat menjadi lebih besar, adil serta makmur dan diridhoi oleh Allah dengan menerapkan ajaran agama Islam. Pada umurnyanya yang ke 44, Muhammadiyah pun merumuskan tujuan organisasi untuk mengembalikan dasar maupun tujuan Islam pada masyarakat Islam sejati. Muhamamdiyah memiliki kantor pengurus yang mulanya berada di Yogyakarta, sebab saat itu Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta dan pemerintah Hindia Belanda pun membatasi gerak organisasi ini. Namun, pada sekitar tahun 1970, komite pendidikan, ekonomi, kesehatan serta kesejahteraan dari Muhammadiyah pun pindah kantro ke ibu kota yaitu Jakarta. Struktur dari pimpina pusat Muhammadiyah sejak tahun 210 hingga 2015 pun terdiri dari lima penasihat, satu orang ketua umum yang dibantu oleh 12 ketua lainnya, satu sekretaris umum dan dua anggotanya, dan satu orang bendahara umum serta satu orang anggotanya. Sementara itu, Muhammadiyah juga memiliki pimpinan wilayah setingkat provinsi, daerah setingkat kabupaten atau kota, cabang setingkat kecamatan, ranting setingkat pedesaan atau kelurahan dan terakhir pimpinan cabang istimewa untuk Muhammadiyah di luar negeri. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, Muhammadiyah telah memiliki beberapa institusi pendidikan yang cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Mulai dari universitas, sekolah tinggi, institut, politeknik hingga akademi. Muhammadiyah juga tidak hanya fokus pada satu bidang pendidikan saja, akan tetapi menyebar dengan luas mulai dari kesehatan, teknologi, pertanian, hingga agama. Selain pendidikan, Muhammadiyah juga aktif bergerak di bidang sosial maupun kesehatan. Dalam bidang kesehatan, Muhamamdiyah memiliki rumah sakit umum dan rumah sakit bersalin, balai kesehatan, balai pengobatan hingga apotek. Sedangkan pada bidang sosial, Muhammadiyah memiliki panti asuhan yatim, panti jompo, balai kesehatan sosial, panti wreda, panti cacat netra, santunan, balai pendidikan dan keterampilan Muhammadiyah, sekolah luar biasa serta pondok pesantren. Nah, itulah penjelasan mengenai profil singkat dari sosok pendiri Muhammadiyah yaitu Ahmad Dahlan serta sedikit mengenai latar belakang terbentuknya Muhammadiyah. Apakah Grameds telah memahami materi mengenai Muhammadiyah ini? Apabila belum, Grameds tidak perlu khawatir sebab Grameds dapat mencari referensi mengenai tokoh-tokoh atau pahlawan nasional seperti Ahmad Dahlan dengan membeli buku yang tersedia di Gramedia, sebagai SahabatTanpaBatas, Gramedia menyajikan beragam buku dengan beragam topik untuk Grameds! Jadi tunggu apa lagi? Yuk, segera check out sekarang juga! BACA JUGA Biografi Ki Hajar Dewantara Perjalanan Hidup Bapak Pendidikan Indonesia Daftar Pahlawan Nasional Indonesia Profil & Sejarahnya Tokoh Ilmuwan Islam Muslim yang Berpengaruh Biografi Susi Pudjiastuti, Penjual Ikan Jadi Menteri Buku-Buku Biografi & Kisah Sukses yang Menginspirasi ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Biografimerupakan sebuah tulisan dimana berisi penjelasan tentang kisah dan berbagai keterangan dari seseorang. Kisah perjuangan tokoh untuk mencapai kesuksesan adalah hal yang paling dapat diteladani dari tokoh dalam kisah inspirasi karena pembaca atau pendengar dapat belajar tentang berbagai hal yang dialami tokoh untuk dapat mengatasi berbagai masalah atau YOGYAKARTA— Dengan umur yang lebih tua dari Indonesia, Muhammadiyah sedari lama menjadi penjaga bangsa dari rongrongan penjajah dan kolonialisme. Banyak tokoh Muhammadiyah yang mengabdi untuk bangsa dan negara. Melalui momentum Hari Pahlawan, Haedar Nashir mengenang jasa para pahlawan yang lahir dari persyarikatan Muhammadiyah. “Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang lahir tahun 1912 dan berkiprah baik dalam perjuangan pra-kemerdekaan maupun setelah meraih kemerdekaan. Para pahlawan yang terkait langsung dan memiliki kedekatan serta sosial original dengan Muhammadiyah telah hadir menjadi bagian dari perjuangan pahlawan bangsa,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah ini pada Senin 08/11. KH. Ahmad Dahlan dan Nyi Walidah Dahlan diangkat menjadi pahlawan nasional karena turut membangkitkan pembaharuan Islam, pergerakan perempuan, dan pendidikan nasional melalui organisasi Muhammadiyah dan Aisiyah. Kader Hizbul Wathan Soedirman pun dianugerahi gelar pahlawan nasional lantaran berjuang mengangkat senjata melawan penjajah. Soekarno dan Fatmawati sebagai dua sosok yang lahir dari rahim Muhammadiyah turut mendapat gelar pahlawan nasional berkat kontribusi dan kegigihannya untuk bangsa dan negara. “KH. Ahmad Dahlan dan Nyi Walidah Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah-Aisyiyah telah diangkat menjadi pahlawan nasional. Begitu pula dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dikenal sebagai pejuang perang gerilya dan Bapak TNI-Polri. Demikian juga Soekarno dan Fatmawati lahir dari pergerakan Muhammadiyah dan menjadi bagian dari Muhammadiyah, biarpun tentu semuanya milik bangsa,” ujar Haedar. Ada pula nama Gatot Mangkoepradja dianugerahi pahlawan nasional yang mengusulkan pembentukan Tentara Pembela Tanah Air PETA. Begitu pula dengan Nani Wartabone merupakan seorang tokoh perjuangan Indonesia asal Gorontalo dan penentang kolonialisme yang aktif berorganisasi di Muhammadiyah. Tidak lupa pula dengan Mas Mansur, pahlawan nasional yang ketika Jepang berkuasa, dirinya satu dari empat tokoh nasional yang sangat diperhitungkan. “Para tokoh Muhammadiyah yang lain ada Gatot Mangkoepradja yang bergerak di PETA, ada Nani Watabone dari Gorontalo, serta tokoh-tokoh Muhammadiyah yang langsung berkiprah sebagai bagian dari pergerakan Muhammadiyah seperti Mas Mansur yang masuk dalam tokoh Empat Serangkai,” kata Haedar. Beberapa nama lain tokoh Muhammadiyah yang menjadi pahlawan nasional ialah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Kahar Muzakkir. Ketiganya berperan penting dalam drama “penghapusan tujuh kata” Piagam Jakarta. Pada akhirnya, penghapusan tujuh kata dalam UUD 1945, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada tanggal 18 Agustus 1945. “Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Kahar Muzakkir, yang sangat menentukan di dalam detik-detik krusial ketika tujuh kata dicoret dalam formula Pancasila paling awal. Mereka bertiga bersama dengan Soekarno, Hatta, dan Teuku Hassan sangat berperan dalam negosiasi dan kompromi untuk keutuhan bangsa Indonesia sehingga lahirlah sila pertama pancasila yakni Ketuhanan yang Maha Esa sebagai titik kompromi,” tutur Haedar. AR Baswedan yang sejak remaja aktif sebagai muballigh Muhammadiyah dan menjadi salah satu Diplomat pertama Republik Indonesia diangkat menjadi pahlawan nasional. Begitu pula dengan Ir. Juanda, kader Muhammadiyah yang dikenal sebagai Bapak Kemaritiman Indonesia. Ada juga tokoh literasi nasional yang gigih melawan Belanda yaitu KH. Fakhruddin dan ulama kharismatik dengan sejumlah karya sastra yaitu Prof. Hamka, keduanya juga diangkat pahlawan nasional. “Kita juga mencatat AR Baswedan yang juga dari keluarga besar Muhammadiyah serta Ir. Juanda sebagai tokoh yang melahirkan Deklarasi Djuanda serta berhasil menyatukan kepulauan dalam satu kesatuan. Ada juga KH. Fakhruddin tokoh literasi nasional dan Prof Hamka ulama kharismatik dengan sejumlah karya sastra dan keislaman, turut dianugerahi pahlawan nasional,” ungkap Haedar. “Dari rahim Muhammadiyah ada sekitar 15 tokoh yang menjadi pahlawan nasional berkhidmat sepenuhnya untuk bangsa. Mereka hadir tidak untuk dirinya, tidak untuk kroninya, tidak untuk golongannya, tetapi melintas batas untuk indonesia dan peran kemanusiaan semesta. Dari Muhammadiyah untuk bangsa dan negara,” tegasnya. Hits 219 Pemimpindianggap mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa. 2. Tipe Paternalistik Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain; a. Menganggap bawahannya belum dewasa b. bersikap terlalu melindungi c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar. 3. Tipe Otoriter - Pada 18 November 1912, didirikan sebuah organisasi Islam di Indonesia yang dikenal dengan nama Muhammadiyah. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar, Muhammadiyah telah berperan banyak dalam membangun tatanan sosial dan pendidikan dalam masyarakat Indonesia sejak masa kemerdekaan. Lalu, siapa saja tokoh awal berdirinya Muhammadiyah?Baca juga Ahmad Dahlan Kehidupan, Perjuangan, dan Perannya di Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan KH Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah, yang berperan dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum pribumi. Pendirian Muhammadiyah dimulai setelah KH Ahmad Dahlan berinteraksi dengan teman-teman dari Budi Utomo, yakni R Budihardjo dan R. samping itu, KH Ahmad Dahlan juga memang sudah memiliki pemikiran bahwa Islam hendak didekati dan dikaji sebaik mungkin agar dapat dipahami oleh masyarakat Islam di Indonesia. KH Ahmad Dahlan sempat menjadi pengajar kitab suci Al-Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca, tetapi juga dapat memahami maknanya. Lebih lanjut, keputusan untuk mendirikan Muhammadiyah juga merupakan saran dari seorang siswa KH Ahmad Dahlan yang kerap datang ke rumahnya dan mengusulkan agar kegiatan yang dia rintis diurus dalam bentuk organisasi. Menindaklanjuti saran itu, KH Ahmad Dahlan pun resmi mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Kemudian organisasi ini diajukan pengesahannya pada 20 Desember 1912 dengan mengirim "Statuten Muhammadiyah" atau Anggaran Dasar Muhammadiyah. Ketaqwaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa. Cinta tanah air dan bangsa. Jiwa dan semangat merdeka. Mengharap pamrih. Kunci jawabannya adalah: D. Mengharap pamrih. Dilansir dari ensiklopedia pendidikan, berikut ini yang bukan nilai-nilai juang para tokoh pendiri bangsa yang dapat diteladani antara lain mengharap pamrih.
Kepribadian Nabi Muhammad Sekitar 1,5 Milliar kaum muslimin di seluruh dunia, sepakat menyebut Nabi Muhammad Saw, sebagai pribadi agung, mulia dan memesona dari seluruh aspek yang didambakan oleh dunia kemanusiaan. Para Ulama, sejarawan, dan cendikiawan muslim sepanjang sejarah menggambarkan dengan indah tentang kepribadian akhlaq sang Nabi Saw, dan utusan Tuhan terakhir itu. Antara lain “Bila ada orang yang meninggal dunia dia mengiring jenazahnya. Jika ada orang yang sakit dia menengoknya, meski berada di tempat yang jauh. Dia sering duduk dalam posisi yang sama bersama-sama orang-orang fakir. Dia mengambilkan untuk mereka makanan dengan tangannya sendiri. Dia senang menemui teman-temannya untuk sekedar silaturrahim. Dia menghormati orang-orang yang berbudi pekerti luhur, dan tetap berbuat baik kepada orang yang tidak baik Ahl al-Syarr. Dia suka mengunjungi kerabat dekatnya tanpa melebihkan mereka dari orang-orang yang lain. Dia tidak pernah bertindak kasar kepada siapapun dan memaafkan orang yang meminta maaf.“Nabi Saw adalah orang yang banyak senyum, kadang-kadang tertawa, tetapi tidak berlebihan. Seperti yang lain, dia juga suka bercanda, tetapi tak pernah berbohong. Dia tidak mengenakan pakaian melebihi pakaian pembantunya, dia tidak pernah mencaci siapapun. Dia tidak pernah merendahkan dan memukul perempuan, isteri dan pembantunya. Bila ada orang yang mencaci-maki orang lain, Nabi mengatakan “tolong tinggalkan cara seperti itu”. Bila ada orang berbicara dengan suara tinggi, dia menahan diri dan sabar. Bila datang kepada hamba-sahayanya, laki-laki atau perempuan, dia mengajaknya berdiri dan membantu keperluannya.“Nabi tidak pernah membalas keburukan orang lain dengan keburukan serupa, melainkan memaafkannya dan mengulurkan tangannya. Jika bertemu orang, dia mengucapkan salam, ucapan damai, lebih dahulu. Bila bertemu temannya, dia mengawali mengulurkan tangannya. Nabi selalu berzikir mengingat Allah baik ketika berdiri maupun ketika duduk. Jika ada orang yang duduk menunggunya ketika sedang shalat, dia mempersingkat shalatnya lalu menemuinya sambil mengatakan apakah ada yang bisa aku bantu? Ketika mendengar cucunya menangis, dia menyegerakan shalatnya, lalu menemui dan menggendongnya. Ketika dia masuk dalam suatu majlis, beliau duduk di tempat mana saja yang kosong yang dilihatnya pertama buku-buku yang dibaca kaum muslimin pada setiap maulid Nabi disebutkan ”Nabi mencuci pakaiannya sendiri, menjahitnya jika ada yang robek, memperbaiki alas kakinya, melayani dirinya sendiri, memberi makan untanya dan menggiling gandum dengan tangannya sendiri. Ia makan bersama pelayan, memasak bersamanya dan membawa barang-barangnya sendiri ke pasar. Nabi menikmati makanan yang dimasak keluarganya dan tak sekalipun mengatakan “aku tidak suka makanan atau masakan ini”.Seorang penulis dari Pakistan, menampilkan Nabi dalam prosa sebagai model segala sesuatu yang positif dan indah; “dialah paragon kelembutan, kemurahan, kesopanan, kesantunan, keakraban, kesucian, dan kesabaran; kecintaan yang tulus kepada anak-anak, sedemikian memesonakan dilukiskan dalam banyak puisi populer seperti ; “Apakah suara utama kehidupannya? Tak lain adalah mencintai Allah, mencintai manusia.. mencintai anak-anak, mencintai kaum perempuan; mencintai sahabat, mencintai musuh”
Menurutensiklopedia, berikut ini yang bukan nilai-nilai juang para tokoh pendiri bangsa yang dapat diteladani antara lain? mengharap pamrih. Lihat juga kunci jawaban pertanyaan berikut: Di bawah ini sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah? Gambar peninggalan bersejarah di samping terletak di Provinsi?
Ilustrasi organisasi Islam Muhammadiyah. Foto Arsip MuhammadiyahMuhammadiyah adalah nama organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H. Tujuan pembentukannya untuk membenarkan ajaran Islam di kalangan masyarakat Indonesia yang tidak lagi murni karena pengaruh paham animisme dan lain yang menjadi tujuan dibentuknya organisasi ini ialah pengaruh paham modern masa kolonial Belanda yang menganut liberalisme dan sekulerisme. Beberapa paham ini dianggap bertentangan dengan konsep ajaran Islam. Sehingga jika tidak segera diatasi akan berakibat fatal catatan sejarah, dikenal beberapa tokoh Muhammadiyah yang berjasa dalam membentuk serta menyebarkan ajaran Islam secara murni ke masyarakat Indonesia. Siapa saja mereka? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan Muhammadiyah di IndonesiaBerikut beberapa tokoh muhammadiyah yang berjasa pada masa awal pembentukan organisasinyaIlustrasi ahmad dahlan. Foto wikipediaKyai Haji Ahmad Dahlan adalah pendiri Organisasi Islam Muhammadiyah sekaligus seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Sejak kecil, beliau memiliki nama panggilan Muhammad hidupnya, KH. Ahmad Dahlan lebih dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah. Ajaran yang dibawanya menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan buku Mengenal Tokoh-tokoh Muhammadiyah karya Siti Nur Aidah, masa pendidikan KH. Ahmad Dahlan sudah dimulai sejak usianya masih belia. Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ia pulang kembali ke kampungnya pada tahun 1888 dan mulai menyebarkan ajaran Islam yang pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Di Mekah, Ahmad Dahlan terus mendalami ilmu agamanya. Hingga akhirnya ia wafat pada tanggal 23 Februari 1923. Ia dimakamkan di kampung halamannya, KH. Ibrahim. Foto arsip Ibrahim lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874. Ia merupakan putra dari Fadlil Rachmaningrat, seorang Penghulu Hakim Kesultanan Yogyakarta pada zaman Sultan Hamengkubuwono ke kecil Ibrahim selalu dibimbing oleh orang tuanya untuk mengkaji Al-Qur’an. Masa ini dimulai sejak usianya menginjak 5 tahun. Ia juga dibimbing memperdalam ilmu agama oleh saudaranya sendiri, KH. Muhammad Nur. Kemudian Ibrahim menunaikan ibadah haji pada usia 17 tahun dan dilanjutkan dengan menuntut ilmu di Mekkah selama kurang lebih 8 tahun. Pada tahun 1902 ia pulang ke tanah air dan dipercaya melanjutkan peran Ahmad Ibrahim dikenal sebagai ulama besar dan berilmu tinggi. Ia begitu dihormati dan dihargai masyarakat orang berduyun-duyun mengaji ke hadapan beliau. Ini karena KH. Ibrahim termasuk seorang ulama besar yang cerdas,wawasannya begitu luas dan ilmu agamnya sangat dalam. Ia bahkan hafal Al-Quran dan beberapa hadist. Ia juga pandai qira’ah dan dikenal mahir berbahasa Ibrahim memegang kuasa atas organisasi Islam Muhammadiyah tepat setelah KH. Ahmad Dahlan Wafat. Jasanya dalam masa pembentukan awal organisasi Muhammadiyah tak Hisyam. Foto arsip Hisyam dilahirkan di Kauman, Yogyakarta, pada 10 November 1883. Kariernya di Muhammadiyah berlangsung selama kurang lebih seperempat menjabat sebagai ketua pengurus besar, Hisyam menduduki jabatan Ketua Bagian Sekolahan pada masa kepemimpinan Ibrahim. Beliau digambarkan sebagai seorang yang memiliki dua macam keahlian yaitu di bidang administrasi dan diriwayatkan bahwa pokok minatnya tertuju pada bidang pendidikan dan pengajaran. Sehingga ia pun dipercaya menduduki posisi Ketua Bagian Sekolahan. Mengutip buku Abad Muhammadiyah karya Prof. Dr. Abdul Munir, dkk., ada banyak sekali sekolah Muhammadiyah yang didirikan atas usahanya, seperti volkschool sekolah desa, vervolgschool, standaardschool, dan HIS. Sekolah ini didirikan dengan organisasi bermutu yang senantiasa tersebut didirikannya bukan di kota saja, tetapi juga di desa-desa. Kebijakannya dalam melancarkan usaha kesekolahan Muhammadiyah telah memodermisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah selaras dengan kebijakan pendidikan usahanya, beberapa sekolah Muhammadiyah dapat memenuhi standar dan syarat yang ditentukan pemerintah sehingga memperoleh subsidi. Ia bahkan mendapatkan penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda saat itu berupa bintang tanda jasa yaitu Ridder Orde van Oranje pendiri organisasi Islam Muhammadiyah?Apa penghargaan yang didapatkan KH. Hisyam dari Belanda?Kapan organisasi Islam Muhammadiyah didirikan? oUAva.